sudah lama nih, saya nggak pernah nge posting kiriman. kali ini saya mau pos kan..!!
selamat membaca .. miss buat yang mau komentar! saran dan kritik nya membantu
Bingkai Kecil
Bingkai
kecil ini di mulai semenjak usia ku remaja, memang pada awalnya aku tak pernah
menyangka jika aku akan bertemu dengan nya dan menjalin cerita bersama. Namaku
Verly, gadis kecil yang pendiam dan sering dibuat bahan ocehan oleh teman –
temanku. Aku murid baru, kami angkatan di kelas X, tapi berbeda dengan mereka.
Aku hanyalah gadis yang cupu dan takut dengan dunia diluar rumahku.
“ini seperti sebuah kutukan,” ucapku dalam hati. Aku
juga tidak ingin terinjak seperti itu saja, aku juga manusia dan aku juga ingin
dihargai bukan hanya sebagai keset untuk mereka membersihkan kaki.
Waktu
itu, satu bulan aku sangat pendiam bahkan untuk berkenalan dengan teman sekelas
ku sekalipun. Kau tau? Semua seakan berubah ketika takdir mempertemukanku
dengan sosok pangeran, itulah sebutanku untuknya. Saat itu sekolah mengadakan
festival, dan salah satu guru menunjukku untuk mewakili kelas. Aku sangat
kaget, aku hanya gadis cupu dan pendiam, lalu apa aku bisa berlaga seperti
bintang di fashion show itu? Aku sangat bingung dengan pandangan guru itu. Dari
sekian banyak murid, guru itu justru memilihku.
“aku .. ehm,., e,.tidak bisa untuk .. fashion show”
ucapku begitu gugup.
“kau punya wajah yang tidak buruk,..!! dan aku sudah
punya pasangan untukmu di fashion show.. berlaga lah seolah kalian benar –
benar pasangan yang serasi” sambil menyerahkan beberapa foto model pakaian.
Tidak
begitu lama, guru itu memperkenalkanku dengan seorang cowok. Dia memang tampan,
kulitnya putih berseri , dan senyum simpulnya sungguh manis.
“di.. dia? Apa itu ? bagiku itu terlalu sempurna..
untuk bergandengan tangan denganku” ucap ku dalam hati.
Singkat cerita, 2 minggu sebelum acara fashion show
itu dia mengatakan tentang beberapa kelemahanku yang sepertinya membuat dia
benci denganku.
“maaf, tapi apa kau sedang sakit mata? Minus
mungkin?” sambil mendekat ke arah wajahku.
“e,.em., tidak..!! ini kacamata agar aku tak
kemasukan debu”sambil menundukkan kepala, aku sangat grogi jika dipandangi
seperti itu. Makhlum saja, karena sebelumnya tak pernah ada seseorang yang
memperdulikanku.
“hey., lihat aku..!!” sambil menarik tanganku,
disitu jari kami saling mengikat satu sama lain. Akupun perlahan memandang
wajahnya.
“kau ini tak perlu menjadi cupu dan pendiam.”
Singkat ucapannya.
“kenapa?” aku menjadi penasaran.
“karena kau, tak pantas seperti itu. Lihatlah,
sesungguhnya kau manis, kau cantik, lalu apa yang membuatmu takut dengan dunia?
Kau hanya perlu percaya diri..” ucapan itu begitu meyakinkan.
Tapi
aku hanya membalasnya dengan menggelengkan kepala, tidak..!! karena aku tidak
bisa percaya diri, entahlah aku tak tau persis penyebabnya.
“saat fashion show berlangsung, kau harus hangat
dalam gandenganku dan kau harus tersenyum disetiap perjalanan. Jangan takut
karena kau seperti berlian yang belum diasah.. kau tak perlu takut dengan
rempah – rempah seperti temanmu..”
Aku sedikit heran, bagaimana bisa dia tau jika teman
– temanku sering mengejekku?
“hey.. apa kau dengar perkataanku/?” dia mencoba
memecahkan lamunanku.
“hey., kau harus berjanji padaku, untuk tidak
menyendiri seperti ini.” Kamipun berjabat tangan. Aku mengenal namanya dari
baju sekolah, dia adalah Kafar.
Fashion
show berlangsung, dan seperti dugaanku sebelumnya. Aku tidak bisa berjalan di
atas sepatu ber high hill tinggi hingga akhirnya aku hampir terjatuh.
“hahhahahahahhaa..” ketawa geli temanku yang sedang
melihatku sangat membuatku kembali takut. Dan kali ini, Kafar menyelamatkanku.
Dia melindungiku dari berbagai tawaan itu.
“kenapa hatiku berdetak sekencang ini?” ucapku dalam
hati.
Bukankah
aku ini pendiam//. Aku tidak pernah merasakan cinta sebelumnya, tapi kali ini
entah kenapa aku mulai menyukainya. Satu bulan telah berlalu, satu buku diaryku
penuh dengan cerita ku dengan Kafar. Saat kami mulai berkenalan, aku tau dia
adalah lelaki humoris dan itulah yang membuatku nyaman sampai saat ini.
Kerap kali aku mencuri – curi waktu untuk dapat
melihatnya, sekolah sebesar ini sangat terasa sempit untukku. Apalagi ketika
melihatnya sedang bernyanyi dengan hadset di kedua telinganya.
Aku tersenyum, aku sangat lega dapat melihatnya tapi
aku tak pernah mengatakan jika aku mencintainya. Meski kini aku lebih sedikit
berani dan tidak begitu pendiam, tapi sama saja aku tak berani untuk menyapanya
seperti dulu.
Karena
bisa saja, Kafar sudah lupa denganku. Selama kami bersimpangan saat ke kantin,
kami hanya saling melihat tanpa saling menyapa, disitu tak ada satu pun simbol
bahwa dia masih mengenalku. Itulah alasan kenapa aku menyembunyikan perasaan
ini.
“kenapa ini? Kenapa aku mencintai sesuatu yang tak
dapat kumiliki?” hanya bertanya, bertanya kepada takdir yang hanya diam
membisu.
Satu
semester sudah terlewati, bahkan hari yang semakin jauhhhh saat kami mulai
berkenalan, dia menyapaku.. aku bahkan tak percaya itu.
“Verly..” sambil berlari kecil menuju arahku. Saat
itu aku akan menuju ke parkiran, disana sepi karena sudah banyak murid yang
pulang.
“kau? Kau tau namaku?”
“tentu saja..! bukankah kita pernah menjadi pasangan
saat fashion show? Bukankah cowok yang menyelamatkanmu saat kau terjatuh itu
aku? Apa kau lupa..?”kami berbicara sembari berjalan menuju motor masing –
masing.
“hmm, iya aku sangat mengingat itu..!! aku tak
pernah melupakan sesuatu yang menyenangkan.”
“what..? apa yang menyenangkan? Apa bersanding
denganku adalah sesuatu yang menyenangkan untukmu?”
Hanya
saja, aku tak mungkin menjawab IYA saat pertanyaan yang ingin sekali kudengar
sudah diucapkan.
“apa kau ini? Tidak.. bukan itu.,”
“lalu?”
“ aku senang, karena masa – masa itulah aku mulai
berubah, dan kini aku bukan gadis cupu karena motivasimu..!! hanya kau lelaki
pertama yang mengucapkan hal itu, yang membangunkan semangatku”
Aku melihat, wajahnya seperti tidak puas dengan
jawabanku. Setiap lampu merah yang kami lewati aku selalu memandangnya,
terlihat lesu dan tak bertenaga.
Saat itu aku memikirkan, apa aku harus mengatakan
jika aku mencintainya? Aku rasa dia mulai menaruh perhatian padaku.
“Kafar.. aku sangat mencintaimu, .. ohh bukan
seperti itu, aku cewek dan sangat aneh rasanya jika aku menembak cowok,, ya itu
terbalik..” ucapku dalam hati. Berbagai kata mulai ku rangkai untuk
mengutarakan satu kata yang disebut sebagai CINTA.
BROOOAAAKKKKK>>> JDAARRRR..!!
“hah..!!” aku begitu terkejut, dan meminggirkan
kendaraanku, lalu berhenti dan memandangi sesuatu.
“apa? Siapa itu? Dia kecelakaan..!!” ucap sorak para
warga sekitar.
Setelah
aku menganalis, seseorang yang ada di depanku adalah Kafar, aku takin dia pasti
yang menjadi korban kecelakaan itu. Aku langsung berlari menghampiri nya, orang
yang ku suka selama ini.
Dan kali ini aku sangat terlambat, Kafar sudah pergi
dari dunia. Dia meninggal, dan aku terlambat untuk mengatakan perasaanku.
Saat itu hatiku hancur, sesuatu telah hilang dalam
diriku, dan kosong seperti lautan lepas.
“bagaimana mungkin? Kenapa takdir mengembalikannya??”
aku hanya berontak. Aku mencoba meyakinkan diriku bahwa semua ini hanya mimpi,
mimpi yang sangat panjang.
Tapi tidakk.......!!! ini nyata, dan aku harus
menerima kenyataan yang ada.
Keluarganya
pun juga turut kehilangan, beberapa teman,dan juga diriku. Saat barang Kafar
ketinggalan di dalam tasku aku pun merasa penasaran dan membukanya di rumah.
Aku ingin memberikan barang itu setelah dia sadar
dari koma, tapi tidak jadi, karena dia sudah pergi.
“buku apa ini?” aku membolak balik sampul buku biru
tua itu, dengan air mata yang masih lebam. Saat aku membaca isi buku diary nya,
aku sungguh tak percaya
Dan semua berasa di luar kendali otakku. Dia juga
menyukaiku, dan diam – diam dia juga mencuri – curi waktu untuk dapat
melihatku. Disini aku tau, bukan hanya aku yang terluka tapi juga dia, dia juga
terluka.
Dan
cinta yang diberikan takdir telah berhasil membuat kami terpisah sejauh ini.
Aku sempat menyerag dan ingin pergi dari kenyataan. Tapi mau tidak mau aku
harus melewati kenyataan ini. Berjalan tanpa Kafar dan mengenangnya dalam buku
diaryku.
Satu penyesalan yang aku tidak tau, siapa yang salah
dalam cerita ini? Apakah aku yang terlalu pesimis dan menganggapnya tidak
menyukaiku, atau karena kami sama – sama diam di tempat? Kini apa yang bisa
kulakukan? Hari seolah berlalu, tapi setidaknya kami sempat bertatapan muka dan
berbicara sebentar.
Aku lega, karena di akhir perpisahan dia sempat
tersenyum dan dia meninggalkan buku diarynya. Yang berisi bahwa dia juga
mencintaiku di waktu yang sama.....
Aku mencoba mengikhlaskan segala sesuatu yang
terjadi, membuatnya sebagai inspirasi untuk ku kedepannya. Bukankah pada
akhirnya kehidupan hanyalah tentang merelakan segalanya. Ini memang sulit,
karena aku tak bisa melihatnya lagi , memegang tangannya dan hal lain lainnya.
Merelakan yang hampir kumiliki, tidak sampai pada
akhir kesempatan. Mungkin karena aku selalu membuang kesempatan yang diberikan
takdir. Seharusnya selagi ada waktu, aku harus menyempatkan mata dan mulut
untuk sekedar menyapa, setidaknya sebelum semua ini telah terjadi.
Dan
kini aku mungkin akan memulai cerita baru, bukankah cerita yang ku alami dengan
Kafar merupakan bingkai kecil dalam kehidupan kami? Meski tak dapat bersama,
setidaknya kami pernah tertawa bersama.
Kurasa memang beginilah kehidupan, seseorang datang
dan memberi cerita lalu menghasilkan harapan baru dan berakhir dengan
perpisahan. Entah berpisah karena tidak cocok atau berpisah karena kematian.
Cinta yang dewasa, aku Verly/......... tidak boleh
cengeng dan membiarkan segalanya berlalu. Mungkin ada sesuatu yang lebih indah
dari bingkai kecilku dengan Kafar.
Selagi
masih ada waktu,
Janganlah
kau membuang semuanya hanya karena kau takut mengungkapkannya
Cinta
sangat menyakitkan jika itu selalu dipendam
Setidaknya
dia tahu, bila kau mencintainya..... itulah
Hal
yang indah meski belum tau akhir dari semuanya. Yakin adalah kata yang paling
penting
Karena
seperti kata pepatah
Kesempatan
belum tentu datang untuk yang kedua kalinya/
Pernyataan
itu ada benarnya.
By :
Erina Elga Apriliani
Genre :
Inspiratif tentang percintaan
Ending :
mengharukan, belajar mengikhlaskan dan menghargai waktu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar