erinaelga
mengenai saya
- tulisantangan
- Masih berdiri dan bertahan ditengah ribuan orang yang siap menjatuhkan. Itu bukan hl yang mudah untuk ditakhlukkan. Kecuali jika kita punya harapan, dan disitu pula kita akan bertahan dan berjuang. By 3rina3lga
Sabtu, 03 Juni 2017
novel tenggelam bersama senja
Sebuah naskah novel yang telah di kemas dengan judul tenggelam bersama senja, sudah rilis dan dapat dikunjungi dengan akun wattpad.Buruaaann....Sudah banyak yang menggunakan wattpad, sudah banyak yang menikmati akun tsb.Saya sendiri merintis karya dari akun tsb.
Kamis, 30 Maret 2017
cerpen dalam sebuah harapan
kembali hadir sebagai penulis blogger, semoga cerpen ini menginspirasi. komentar anda sangat membantu , terimakasih
Dalam Sebuah Harapan
Sesuatu
yang sangat baru..!! ya, Dia menjadi murid baru di sekolah yang baru.
Meninggalkan jejak 3 tahun berbaur di SMP yang dia cintai, sekarang langkah
kakinya harus berjalan dan lebih jauh dari yang dulu dicapai. Sekarang dia
sudah menjadi murid SMA tervaforit di daerahnya.
Erin,
itulah sebuatan namanya. Seorang cewek yang tidak begitu tinggi dan terlihat
imut dengan gayanya sendiri, semenjak beradaptasi di sekolah yang baru dan
penawaran ekstra kurikuler yang juga berbeda dari SMP nya dulu, entah kenapa
Erin lebih memilih untuk mengikuti ekstra pianika. Ekstra itu sebenarnya sangat
sedikit yang mengikuti bahkan dapat dihitung dengan jari.
“Luna.. yuk ikut ekstra pianika..!!” ajak Erin
kepada teman sebangkunya.
“apa? Aku nggak suka main music, aku kan udah ekstra
basket” ucapnya sambil menengadahkan kepala, dia bukan tipekal cewek sombong
tapi itulah gayanya yang terlihat sedikit berwibawa.
“ah kau ini....ya udahlah aku nggak jadi ikut ekstra
pianika.”
“loh? Kenapa?” tanya Luna yang menjadi penasaran.
“nggak ada temennya Lun, aku nggak mau lah
sendirian..” melihat ekspresi Erin yang murung membuat sahabatnya tertawa,
“hahaha, kamu aneh Er, kan bakal punya kenalan”
Sedikit Erin berfikir tentang siswa yang ikut di ekstra
pianika.
“aku hanya mengenal satu orang, yang dulu satu SMP
dengan kita..”
“oh iya? Siapa?” Luna pun mendengarkan pembicaraanku
dengan sangat antusias.
“ Evan..!”
Setelah
lama kami berbicara, hingga tak sadar jika yang sponsor ekstra itu telah pergi.
Ya mungkin tak akan kembali ke kelas ini lagi jika tak Erin yang menghampiri.
“terlalu payah kamu Erin..!! harapan kok nggak
pernah bisa kamu wujudin!” ucap Hati ku yang kesal dengan sikap ragaku sendiri.
Satu minggu berlalu begitu saja, tanpa ada hal yang
menarik minatku hingga kepala Sekolah mengumumkan jika sekolahan akan melakukan
sayembara untuk murid yang bertalent dan serasi untuk masuk di salah satu ajang
nasional SerambiBAtik.
“ajang apaan sih itu?” tanyaku kepada Luna.
“itu lomba pasangan yang serasi dan memakai batik.
Lalu mereka berjalan sambil memberikan sesuatu yang unik pada juri..”
“wow benarkah? Waahhh...!!” ekspresi girang dari
Erin membuat sahabatnya bingung, kenapa bisa Erin girang? Padahal Erin kan
tidak ikut mewakili lomba itu.
Setelah
puluhan siswa dipanggil ke ruang guru dan mengetahui jika Erin tidak dipanggil,
hatinya terlihat terpukul karena lagi – lagi harapannya kosong.
“Erin.. aku bersyukur deh.”
“kenapa?”
“ya karena aku nggak diikutin lomba SerambiBatik
itu..”
Dalam hati Erin sangat bingung, seharusnya kan
bersyukur ketika mengikuti acara lomba itu. Kini kelas terasa sedikit sepi,
ketika lima temannya ikut dalam pemilihan itu.
“lalu sekarang kita ngapain? Semua guru kayaknya jam
kosong Luna..”
“yasudah, kita nglukis aja..!” ucapnya dengan sangat
santai sambil memegang kertas berukuran A3, tiba – tiba kakak kelas masuk ke
kelas Erin di XA2.
“permisi adek – adek.. kakak mau pilih satu orang
lagi dari kalian..” ucap kakak Tina, iya dia juga senior saat Erin masih SMP.
Setelah kakak itu memandangi satu per satu dari siswa, dia menunjuk Erin
sebagai salah satu acara lomba SerambiBatik itu.
“hah..!!” Erin sangat scokk.. hingga dia berdiri
dari tempat duduknya. Luna terlihat memandangi Erin dengan wajah datar.
“aku ya kak..!”
“iya dek, kamu dek Erin kan?” rupanya kak Tina itu
tak lupa dengan salah satu juniornya di masa SMP. Setelah sampai diruang guru,
Erin menengok ke kanan dan ke kiri..
“waduh..!! kok semua udah sepasang – sepasang sih?
Dan aku sendirian, emang ada ya lomba kayak gini yang sendirian? Masak aku jadi
janda?” ucap otaknya dalam hati. Karena tak ingin bertanya terlalu larut dengan
hatinya, Erin memberanikan diri bertanya pada kak Tina.
“kak Tina..” sambil melambaikan tangan, kak Tina
berada 180 derajat dari tempat duduknya sekarang.
“pasanganku mana kak?”
“bentar dek, aku carikan dulu...!”
Hingga
pada akhirnya kak Tina dan seorang murid yang sudah Erin kenal namun tak pernah
akrab sebelumnya. Iya, cowok itu teman se ekstra dulu.
“udah kenal kan dik?” tawaran kak Tina sangat lucu
dimata Erin.
“oh, kenal kok kak.. cuman nggak akrab”
Akhirnya kami duduk berdampingan, sedikit canggung
meski kami teman se ekstra dulu.
“kita berpakaian batik ya..!!” awalnya aku tak
menjawab pertanyaan itu, karena ku fikir pertanyaan itu diajukan pada teman
sebelahnya.
“hey, Erin..!! kok nggak jawab pertanyaanku.” Akupun
jadi terkejut, dan tak menyangka dia tau namaku.
“oh, ehm.. iyaa, Evan kau ternyata sudah tau
namaku?”
“tentu saja. Dulu kau ikut ekstra bulu tangkis kan?
Tapi sampek sekarang belum tinggi – tinggi...” ucap Evan sambil bercanda
renyah.
Beberapa
pertemuan selama ini membuat Erin dan Evan menjadi lebih dekat, meski rasa
canggung yang Erin alami belum hilang begitu saja. Sama saja dengan Evan, ia
juga selalu mencari kata – kata agar dia dan pasangannya di lomba SerambiBatik
bisa terlihat serasi nantinya. Setelah menentukan berbagai konsep dan juga
pakaian akhirnya siap juga saat acara itu akan digelar.
Acara
ini digelar disalah satu gedung dekat sekolahnya. “Erin kau dimana?” sebuah
pesan dari Evan. Erin terlihat tersenyum tipis membaca pesan itu. Ya, mereka
bertukar nomor ponsel agar lebih mudah berdiskusi untuk menentukan konsep
salon.
“aku masih dirumah Evan..” saat membaca sms dari
Erin, Evan terlihat sangat terkejut dan mengatakan. “apa pasanganku sudah gila?
Acara kan kurang 15 menit lagi...” sambil memukul keningnya. Kak Tina yang
melihat ekspresi Evan dari tadi spontan menghampiri Evan.
“Evan, jangan pegang kening. Kamu lupa kalau
sekarang kamu pakek bedak?” ucap kak Tina dengan nada meninggi. Mereka akhirnya
sibuk memberikan bedak lagi ke kening Evan. Hingga tak menyadari jika Erin
sudah datang dengan gaun berbentuk elegan dengan riasan yang ungu menyala
memberikan kesan yang sangat cantik. Gaun ini berlukiskan sebuah batik yang
sangat indah.
“waahhh... kenapa kalian terlihat sangat serasi?”
ucap kak Tina yang kagum begitu melihat Evan dan Erin menggunakan batik gaun
ungu yang menawan ini.
Sampai
pada awal acara, saat mereka menunggu giliran. Dan tiba pula saatnya Erin dan
Evan memasuki ruang juri. Begitu banyak penonton didalamnya bahkan ada juga
polisi yang bertugas sebagai pengaman di sana. Semua begitu melongo bahkan
tepuk tangan terlebih dahulu sebelum mereka berkata sedikitpun.
“oh, juri.. kenapa penonton sangat ramai?” geliat
canda tawa Evan sangat tak serius sama sekali, pikiran Erinpun menjadi bingung
bagaimana mereka bisa menang nanti? Apalagi Evan tidak serius didepan juri.
“Evann...” senggol tangan Erin yang memberikan kode
untuk serius pada Evan. Tak disangka Evan akan menggandeng tangan Erin meski
tak berhasil.
“hey juri, yang cewek melepaskan tangan...”
“iya juri., pegang dong..”
“gandeng mbakk...!!”
“waahhh kalian serasi..” itulah ucapan berisik para
penonton yang membuat berisik ditelingaku, tapi justru itulah penyemangat Evan,
yaitu sorakan dari penonton.
Disitu aku sedikit mengenal Evan, ternyata dia
sangat aneh, lucu dan entahlah apa itu sebutannya.
“oh iya juri, kami tidak banyak punya talenta yang
dapat membuat kalian terkesima ketika kami memainkan sebuah alur.”
“Evan, kamu ngomong apasih?” ucap Erin yang bingung,
pasalnya selama latihan mereka mempelajari tentang materi KIMIA dan juga
SASTRA. Tapi ini sama sekali tak disebutkan dari Evan.
“Erin, aku seketika lupa dengan materi yang udah
kita pelajari, aku hanya ingat tentang nyanyian mesra dan juga foto selvi yang
sangat unik..” Evan membisikkan itu ditelinga Erin. Tanpa lama berfikir Erin
langsung menggandeng tangan pasanga buatan nya itu.
Mereka
berpose yang tidak sesuai dengan logat gaun Erin yang anggun dan panjang itu,
bahkan Evan juga membiarkan jas yang ia pakai tak berwibawa sedikitpun. Mereka
justru action yang sangat lucu dan membuat semua orang tertawa dan mengabadikan
momen itu. Hampir semua orang memotret mereka diatas panggung.
“yang benar saja? Mereka terhibur?” ucap Erin
kembali membangunkan otaknya. Duet bersama itu juga tercipta, tak pernah
disangka pada Erin, kalau Evan memiliki suara emas. Terkejutnya lagi ketika
pengumuman ternyata pasangan itulah yang menang.
“kita?” ucap Erin meyakinkan.
“santai... aku sudah tau kalau kita akan berhasil.”
Erin masih sangat tak percaya, karena obrolan dengan juri tadi tak ada
seriusnya sama sekali.
“aku tak pernah membayangkan sebuah harapan
berhasil..” ucap Erin yang kini mengerutkan alisnya, dengan rambut tergelung
rapi dan beberapa aksesoris terlihat mempercantik penampilannya.
“sekarang kau tak perlu membayangkannya lagi bukan?
Akupun bingung kenapa semua berkata kita serasi..”
Aku
hanya bisa membalas perkataan Evan itu dengan senyuman. Setelah penghargaan
berupa piagam itu diserahkan untuk kami berdua, hati ini sangat berdebar
kenyamanan mulai tercipta dihatiku.
“Erin aku tidak membawa tas sama sekali, aku titip
piagam ini ya..!! besok aku ambil dikelasmu” dan Erin menganggukkan kepala.
Saat mereka keluar dari gedung, Evan dengan sangat santainya menyapa polisi dan
semua orang yang ia tak kenal.
“kau mengenalnya?”
“tidak, nggak ada yang aku kenal selain kamu..”
“kok PD banget sih? Pakek menyapa mereka lagi.”
“santaiiii...” ucap Evan sambil sedikit joget dengan
menjinjitkan kakinya ketika mendengar lagu anak – anak seperti meletus balon
hijau itu.
“Evan, udah ah.. jangan joget malu – malu in tau..”
Tapi Evan justru memegang tangan Erin dan akhirnya
mereka jadi PD dengan berdua.
“bukankah semua bilang kita serasi? Kenapa harus
malu?”
Kini
Erin menyerah, dan ikut bernyanyi lagu anak – anak dan bernyanyi bersama Evan.
Acara itu terlihat cepat berlalu, tak disangka hari sudah malam dan terasa
kesepian lagi disini. Erin bahkan lupa kalau ternyata Evan bukan kekasihnya,
dan mereka hanyalah pasangan ketika lomba. Tapi lomba itu sudah berakhir sejak
tadi sore, itu artinya mereka kembali lagi sebagai teman. Hidup sangat mudah
dimanipulasi.
Hari bahkan berlalu, tapi kenapa Erin mulai
memikirkan Evan? Orang yang dulunya tak pernah dibayangkan dari hidupnya. Nama
yang tak pernah disebut dalam setiap doanya untuk dijadikan kekasih, bahkan
wajah Evan tak pernah terlukis di hati Erin sebelumnya. Tapi seperti sulapan,
ketika sekarang Erin memikirkan Evan, teman SMPnya itu.
Beberapa hari ini mereka berjanjian untuk bertemu
karena piagam Evan masih dibawa Erin tapi rupanya Evan terlalu sibuk hingga tak
ada waktu untuk menyempatkan mengambil piagam. 3 hari kemudian, Erin
menghampiri Evan di lapangan, dia tau jika Evan dilapangan karena Evan
mengikuti paskibra.
“makasih Erin..”
“oke, kamu ikut ekstra apa aja sih Van?”
“wah kepo nih?”
“cuman pengen tau Van..”
Akhirnya Evan
memberitahukan pada Erin kalau Evan mengikuti Paskibra dan ekstra Pianika.
Memang tak salah dengar, Erin dulu juga menginginkan ekstra Pianika. Semenjak
itu entah apa yang terjalin diotak Erin dia selalu mengaitkan sesuatu yang
kebetulan itu sebagai keserasian. Erin menyukai Evan bahkan nama mereka sedikit
mirip kan? Masih banyak lagi sebuah kebetulan ketika mereka berpapasan dan
saling memandangi bahkan ketika mereka telat bersama dan dihukum bersama.
Ternyata tidak semua
bertepuk sebelah tangan, Evan juga diam – diam memikirkan Erin, baginya Erin
adalah wanita yang tidak sempurna.. tubuhnya kurang tinggi dan dia sedikit gemuk tapi ketika lebih dekat
dengan Erin, Evan merasakan kenyamanan dan mereka juga humoris, keduanya sering
memberi kode yang tidak jelas ketika tak
sengaja bertemu.
“kamu sama Evan kok cocok ya Er?” tanya sahabatku
Luna.
“ah yang benar saja? Kami sudah bukan pasangan lagi”
“wajah dan sikap kalian terlihat berbeda, ketika
kalian berpapasan..” Luna memang pengamat yang jitu. Dia bahkan memperhatikan
kami tanpa salah sedikitpun.
Tapi seperti hukum kehidupan, tidak semua akan selalu
manis dan indah kan? Begitu pula tentang cinta diam – diam yang mereka rasakan.
Ketika Evan bercanda dengan wanita lain, timbul rasa cemburu dari Erin. Disitu
Erin yakin kalau Evan tidak mencintai Erin itu hanya perasaan Erin saja jika
dia menganggap Evan mencintainya.
Entah
sampai kapan cinta itu terungkap, akhir semester seperti ini membuat mereka
jarang bertemu meski satu sekolah. Tak disangka, harapan memang menjanjikan dua
hal untuk setiap makhluk hidup. Dengan
harapan seseorang mampu bertahan dan berjuang, setidaknya itulah yang dilakukan
Erin dan Evan. Cinta pasti akan kembali
ke pemiliknya bukan? Mungkin butuh waktu untuk mereka bersatu, tapi kini Evan
sering menulis sesuatu untuk Erin dan ditaruh di jok motor Erin.
“semangat ya yang lagi ulangan harian Fisika..”
“semoga berhasil untuk tes pidato hari ini..” ya
ucapan singkat seperti itu sering menempel dijok motornya, hingga Erin begitu
penasaran dan sasaran utama tentang surat misterius itu adalah Evan. Erin
memberanikan diri untuk menulis surat seperti itu dan ditaruh dijok motor Evan.
“makasih Evan..” Evan terlihat terkejut ketika
mendapati surat pendek itu dan Evan menghampiri Erin dan menanyakan kenapa dia
bisa tau tentang surat yang sering ditinggal dijok motor Erin. Disitulah cinta
mereka terungkap, ketika keduanya tau bahwa mereka saling cinta. Cinta memang
hadir dengan kebetulan belaka, kejadian yang membuatnya semakin akrab, tentang
sebuah harapan kecil yang menjanjikan sesuatu yang bahagai.
Kamis, 23 Februari 2017
butuh inspirasi untuk sebuah kisah?
cerita pendek ini hanya menampilkan sedikit cuplikan........
semoga bermanfaat untuk para pembaca
Andaikan Kau Datang
Kembali
Cinta bukan lagi hal yang perlu
diragukan untuk semua manusia yang hidup, semua pasti pernah merasakan cinta.
Ini sedang terjadi pada Elya, cinta nya tiba – tiba hadir ketika bertemu dengan
Kafar. Kafar adalah anak Band dan dia jago nyanyi, main drumb, gitar dan alat
music lainnya. Dari keahliannya sudah tergambar bahwa Kafar memang pribadi yang
berkelas, dia sangat tampan dan memiliki banyak Fans.
Awalnya Elya terlihat biasa ketika
bertemu Kafar, namun waktu merubah segalanya. Waktu itu Elya ditunjuk Guru
untuk menampilkan bakatnya di bidang desiner, siapa yang dapat menyangka? Elya
kebagian model lelaki dan dia adalah Kafar. Seiring waktu mereka pasti sering
bertemu, berbagai waktu sempat digunakan khusus untuk mereka merancang model
pakaian.
“bagaimana
dengan gambaranku?” ucap Elya menunjukkan sketsa pakaian.
“ehm...
bagus kok..!” dan tersenyum tipis. Disini masih belum ada rasa suka, baik Elya
maupun Kafar.
“sip,
lalu warna apa ya yang cocok untuk kulitmu?”
“kalau
aku terserah .. bukannya cowok tampan selalu cocok memakai warna apapun?”
Lalu
keduanya memutuskan warna ungu.
Satu minggu adalah waktu yang sangat
lama untuk Elya, dia harus menghabiskan energi untuk baju itu, tapi Elya merasa
nyaman saat di dekat Kafar. Bukankah perhatian kecil saja terlihat sangat
berharga? Itulah yang dirasakan Elya ketika dia dibelikan minuman dan juga
diajari gitar oleh Kafar. Tak terasa waktu fashion show itu sudah usai, kini
mereka melanjutkan belajar masing – masing.
“terimakasih
ya.. untuk semuanya?!!” ucap Kafar sambil berjabat tangan dengan Elya.
“ohh,
baiklah..”
......................................
Suasana sangat sepi, hati Elya
terasa kosong setelah semuanya usai. Tapi kembali lagi dengan pengorbanan!
Bukankah cinta selalu berjuang? Disitu Elya beraksi, dia membelakan masuk di
ekstra Band agar dapat bertemu kembali dengan Kafar. Dan itu berhasil, mereka
sempat dekat untuk beberapa hari, hanya saja tak ada simbol bahwa Kafar
menyukai Elya.
“kenapa
dia tidak pernah mengungkapkan rasa? Apa dia punya kekasih?” sangat meragukan
hati Elya. Ketika dia harus menunggu entah sampai kapan berakhir.
Saat keduanya dekat, selalu saja ada
kiriman takdir yang menggoyahkan fikiran Elya, dia adalah Sarah. Sarah adalah
vokalis di Band itu, dia memang cantik, kurus dan berambut panjang, sangat jauh
dengan fisik Elya yang sedikit gemuk, berambut gelombang dan manis. Jika
dibandingkan sih memang cantik Sarah, tapi cinta tidak memandang itu..!!
Sarah
menyukai Kafar, meski Sarah adalah senior di Band itu.
Saat
Elya belajar gitar dengan Kafar, dia bahkan menyela – nyela agar Kafar duet
dengannya. Tidak hanya sekali saja Sarah melakukan itu, sudah berulang kali dia
seperti itu dan dia sudah lebih berhasil membuat hati Elya hancur berkeping –
keping.
“ini
bukan cinta..!! jika cinta tak mungkin Kafar menerima tawaran kak Sarah dan
meninggalkanku begitu saja..!” ucapku dalam hati.
Ternyata semua itu memang sudah di
setting oleh Sarah, dia sangat membenci sikap Elya yang terlihat kecentilan
dimatanya. Meski sebenarnya tidak, memang Elya menyukai Kafar tapi Elya juga
tidak menunjukkan sikap itu saat bertatapan wajah dengan Kafar. Mengapa seperti
itu?
Karena
bagi Elya semua itu akan sia – sia , Kafar sudah jelas dekat dengan Sarah dan
usahanya pasti tak kan memuai buah manis.
“bagaimana
bisa aku menyukai orang yang tidak menyukaiku? Kenapaa???” Elya protes kepada
takdir, meski entah siapa yang akan menjawab semua pertanyaannya itu.
Semenjak dia tau semua akan sia –
sia, Elya menjadi cewek yang diam saat berada dalam ekstra Band itu, semakin
lama Elya berada di ruangan itu semakin hancur pula hatinya. Meskipun ternyata
Kafar sering melirik ke arah Elya, hanya karena rasa penasarannya terhadap
perubahan sikap Elya.
“kenapa
kau diam? Apa kau tak ingin bertanya padaku tentang gitar?” sambil terus
memandangiku.
“Kafarrrr...!!
ayo duet lagi dengan ku..” ucap Sarah sambil menepuk pundak Kafar.
Elya
hanya memandangi semua itu dengan sikap datar.
“tidakk..!!
kau duet saja dengan kak Sarah” lalu Elya pergi meninggalkan ruangan.
Bagaimana dia tak sedih? Semua akan
musnah seiring waktu. Disitu Elya baru menyadari betapa pentingnya masa – masa
yang pernah mereka lakukan bersama, dan disitu Elya mencoba meyakinkan dirinya
sendiri.
Kurasa kau sudah sangat bahagia dengan
caramu sendiri
Lalu kenapa aku masih merasa kesepian?
Bahkan saat aku tau kau tak menyukaiku
Seharusnya aku juga bahagia dengan
caraku sendiri
Tapi aku belum menemukan cara apa
itu...!!
Kufikir dulu.................
Caraku bahagia adalah saat aku bersamamu,
Setelah aku tau semua itu tak akan
berhasil,
Aku baru mengerti bahwa cinta tak harus
memiliki
Bukan hanya itu, meski sebenarnya
Kafar juga menyukai Elya. Keduanya saling diam hanya karena tak tau bagaimana
mengungkapkannya, hanya karena takut jika semua akan gagal ketika saling
mengungkapkan. Entah................ sampai kapan cinta ini mampu bertahan.
Sekarang hanya takdir yang dapat mengetahui.
Mereka
berharap cinta akan berakhir bahagia. Seandainya waktu dapat kembali dan dapat
di perbaiki., sayangnya itu tidak akan pernah muncul di dunia
By:
http/www.tulisantangan.com
Sabtu, 11 Februari 2017
cerpen, genre cinta berakhir bahagia
semoga bermanfaat untuk yang membaca..!1
barang kali ada di antara kalian yang sejalan seperti kisah yang saya tulis.
saran dan kritik sangat saya butuhkan
selamat membaca....
barang kali ada di antara kalian yang sejalan seperti kisah yang saya tulis.
saran dan kritik sangat saya butuhkan
selamat membaca....
Semua Akan Kalah Dengan Takdir
Sebuah
cerita pendek yang dimulai semenjak perkenalan Firda dan Galih. Iya, kabarnya
mereka memang pernah berpartisipasi dalam Lomba Fashion Show Batik di Sekolah
Mekar Jaya 1, acara yang diadakan secara berpasangan. Mereka sudah menang dan
mendapatkan tropic pasangan yang paling serasi dengan pakaian yang paling indah
se Jawa Timur. Beberapa murid di sekolah Mekar Jaya 1 yang pernah melihat
action mereka memang menyangka bahwa Firda dan Galih adalah sepasang kekasih. Tidak
hanya itu, beberapa juri dan juga penonton bahkan polisi yang menjaga keamanan
lomba itu turut berfikir bahwa mereka memang pasangan.
Selayaknya
manusia biasa, cinta diawali karena terbiasa bertatap muka, cinta juga diawali
dengan sebuah perkenalan yang menghadirkan kenyamanan. Itu lah gambaran yang
ditujukan untuk mereka berdua, saat pertemuan pertama mereka di acara Lomba
membuat Firda menjadi sering bertemu Galih, Galih juga seseorang yang humoris
dan cepat akrab. Mungkin itulah yang dirasakan Firda, entah kenapa Firda mulai
memperhatikan Cowok yang pernah menjadi pasangannya dalam lomba.
“kenapa? Apa ini cinta? \” ucap Firda dalam hati.
“ehm.., kurasa tidak.! Galih bahkan bersikap biasa
saja denganku” sempat Firda berfikiran tentang hal itu.
Suatu
Hari, karena acara Pramuka di wajib kan untuk seluruh kelas X, Firda dan Galih
bersimpangan kembali, untuk yang kesekian kalinya mereka saling menatap. Namun
sama saja mereka hanya diam dan berlalu begitu saja meski mata mereka tak bisa
membohongi sesuatu yang di coba untuk di sembunyikan.
“kenapa dia hanya diam saja? Apa dia lupa dengan
aku? Pasangannya dulu>... ahh tidak mungkin dia cepat lupa seperti itu, apa
aku saja ya yang terlalu berharap padanya?” semua pertanyaan membelegu di
fikiran Firda.
Tapi hatinya mudah leleh, terutama saat Galih
memberi Perhatian kecil pada Firda.
“hey.., apa kau bawa jam tangan?” sambil melirik ke
arah tangan kiri Firda.
“oh., ehm.. ii iya.” Gugup, itulah kata yang ada di
tubuh Firda.
“jam berapa sekarang?”
“jam 7.. eh maksudnya jam 3 lebih 7 menit”
Sungguh
aneh, padahal di balik semua itu Galih juga telah mempersiapkan sesuatu untuk
bertanya pada Firda, dia mencoba mencari pertanyaan hanya untuk mendengar suara
Firda dan juga melihat wajah Firda. Bukankah ini sangat aneh? Mereka berdua
saling suka hanya dari sebuah pertemuan yang kebetulan selain itu mereka juga
mengagumi dan menyukai dalam diam , tanpa bergerak lebih maju sedikitpun.
Selayaknya
manusia biasa juga, Firda dan Galih.... mereka juga memiliki haters, senior
yang mengikuti ekstra Pramuka bernama Maria, dia terlihat menyukai junior yang
bernama Galih. Bagaimana tidak/.? Galih adalah anak Band, dia bisa bernyanyi
dan bermain gitar dengan baik, selain itu nilai Patriotnya juga sangat tinggi
karena dia juga menang dalam lomba PBB. Siapa yang tidak terkagum – kagum
melihat Galih? Seseorang yang memang terkenal tampan plus keren.
“aduhh... kok di sebelahku Firda lagi sih?” ucap
Galih sambil duduk di samping Firda.
“ehm. Kalau nggak suka ya kamu pergi aja..!!” ucap Firda
kesal.
“hey, Pramuka sedang dimulai, mana bisa aku bubar
barisan sesuka ku hanya karena kamu”
“iiihhh.., Galih apaan sih?” sambil menampar
punggung Galih.
“aauuu... sakit Firda, coba kamu yang aku
tampar>” sedikit candaan yang membuat kak Senior terutama kak Maria menjadi
marah.
“hey kalian....” sambil menunjuk ke arah mereka
berdua.
“jangan bikin heboh di acara Pramuka..” lalu berlalu
begitu saja, dia juga menginjak rok Pramuka ku yang panjangnya menyentuh tanah.
Galih
melihat semua itu, tapi dia tidak mungkin perhatian penuh pada Firda. Sedangkan
German temannya Galih pernah bercerita bahwa Firda mempunyai kekasih, meski
kekasihnya jauh diluar kota. Sama saja, dia mempunyai kekasih dan itu
menghambat Galih untuk melangkah menyatakan rasa suka nya selama ini. Meski
Galih sering mengetahui kalau Firda melihati Galih tanpa henti, namun Galih
menganggap itu hal biasa. Bukankah cewek suka melamun kalau ada masalah?
Mungkin saja itu yang terjadi pada Firda.
Hingga sampai saat itu mereka masih saling menduga –
duga dan juga bertanya pada diri masing – masing.
Pengumuman
baru ..!! karena sekolah Mekar Jaya 1 akan mengadakan jelajah dalam rangka
pemenuhan SKU ke Pramukaan. Itu artinya semua kelas X mengikuti kegiatan
tersebut, Firda menempati sangga Perintis sedangkan Galih menempati sangga
Pendobrak. Sangga itu sangat jauh untuk jarak mereka, bagaikan sabang sampai
merauke.
Tapi kembali lagi pada kebetulan semata, saat
jelajah sangga Perintis diberangkatkan menuju jalan – jalan sempit di pinggir
kota, selepas sangga yang diduduki firda ternyata adalah sangga Pendobrak milik
Galih. Disitu mereka juga kembali saling diam saat bersimpangan bahkan keduanya
saling bertanya pada hati masing – masing
“kenapa dia hanya diam saat bersimpangan denganku?”
Kegiatan
itu berjalan dengan sangat menyenangkan, itulah gambaran pada awal mereka
berangkat. Tapi di tengah perjalanan sangga mereka berdua harus berpisah, entah
takdir atau kesengajaan kak Maria.
“bagaimana bisa sangga Perintis dan Pendobrak
menjadi satu kesatuan?” dengan sangat kesal dan berpaling di samping tubuhku.
“hey kau.. siapkan barisan..!!” dengan menculik
lenganku menuju ke depan. Disitu Firda tau kalau Galih sedang melihatinya,
karena Galih penasaran dengan keadaan cewek yang kini disukainya dalam diam.
“tapi aku bukan ketua sangga kak..!! bukankah
itu tugas ketua?” tanya Firda
menegosiasi.
“kalau kak Maria bilangnya kamu , ya harus kamu..!!”
sambil menjongkrok kan ku lebih depan.
Disitu
tangan Galih seolah hendak menolongku dari kejauhan, kakinya setengah lebih
maju dengan ekspresi khawatir. “Fir.. Firda, aku selalu berdoa agar kau bisa”
ucap Galih dalam batinnya. Tapi Firda bukan anak yang begitu tau tentang PBB,
beda dengan Galih yang sangat tau tentang PBB. Karena Firda tidak menjalankan
tugas dengan benar, dia dimarahi habis – habisan lalu berlari mengelilingi
lapangan sambil membawa tongkat pramuka. Firda berhasil menjalankan hukuman
itu, hingga putaran terakhir dia jatuh ke tanah karena sudah tidak kuat.
“aduhh..!! aku sungguh lelah” risau Firda yang
mengusik telinga Galih saat regu Galih sudah disiapkan.
Sekali lagi, Firda mengetahui kalau Galih menoleh ke
hadapannya. Namun Firda tak bisa melihat Galih, karena terlalu malu saat
dihukum dan juga tak punya nyali untuk menatap Galih.
Kini
Galih sudah berjalan menuju pos berikutnya, sedangkan Firda masih terpaku
meratapi nasibnya yang selalu salah dimata kak Maria. Kak Maria itu memang
sengaja agar mereka berdua terpisah, agar mereka tidak saling menatap mata dan
berbisik pada hati kecilnya.
Sesampainya di sawah, Firda sudah hampir saja untuk
selangkah dekat dengan Galih. Tapi sayang......... Galih sudah harus baris dan melanjutkan
ke pos berikutnya.
“kenapa cinta ku tak pernah sampai padamu? Lalu
kapan hati ini sampai pada pelabuhan ini?” sungguh melelahkan. Galih juga
berfikir, dia berdoa agar Firda cepat sampai di belakang tubuhnya karena kali
ini Galih ingin memberikan tissue dan air mineral untuk rasa perhatiannya pada
Firda.
Tapi kali ini Firda benar – benar terjebak saat
melewati labirin, dia tak tau lagi harus berjalan ke arah mana. Itu juga pernah
di rasakan Galih namun dia cepat bertindak dan akhirnya berhasil sampai di
lapangan.
Galih
sangat gelisah, sudah berpuluh – puluh orang sampai di pangkalan bersamanya
namun tidak ada wajah Firda disini, karena Firda memang belum sampai di
pangkalan.
“apa dia tersesat? Labirin itu sangat rumit,
ditambah tubuhnya yangs sudah lelah...” ucap Galih sangat gelisah.
“hey, apa kau tadi menyebut nama Firda?” tanya
German sambil menepuk Bahu sahabatnya yang duduk dengan wajah kusam.
“a.. aku/. ? aku hanya menyebut kata dia..” sambil
menyengirkan alis.
“iya.. bukannya dia yang kau maksud itu adalah
Firda?” kali ini Galih hanya bisa tersenyum, dia tak menyangka bahwa German
sudah mengamati mereka berdua sejak dulu, pandangan Galih saat menjumpai Firda
memang berbeda, setidaknya itulah cinta yang terlihat. German juga mengetahui
kalau kak Maria sengaja menjauhkan mereka dengan menyesatkan Firda di labirin.
“ehh.. itu dia” sambil memandang ke arah Firda yang
sempoyongan menuju pangkalan.
“ehm.. Firda,” sapa German ramah.
“apa kau mau ambil minum? Minuman ada di sebelah
Galih” sambil menunjukkan arah air itu.
Dengan
pelan tapi pasti, mereka berdua bertemu saat mengambil air minum, German memang
sengaja mempertemukan mereka berdua karena cinta memang harus diungkapkan.
Hanya seseorang karena kondisi atau memang karena tak punya usaha lah yang
selalu memendam cintanya dan akhirnya hilang begitu saja termakan waktu.
Saat pengumuman sangga terbaik.., ini sungguh tak
dapat di percaya bahwa Galih mendapatakan tropic dengan lelaki yang paling
disiplin selama proses jelajah, sedangkan yang wanita adalah Firda, karena dia
berani mempertanggung jawabkan kesalahan dan melaksanakan hukuman.
“apaa???” kak Maria terlihat Scokk.
“kenapa harus mereka?” kak Maria sangat protes, dia
tak terima dengan keputusan juri.
Kali ini kurasa Firda menang, cinta berhasil bersanding dengannya
dan dihadapan banyak murid.
“kita bertemu lagi...” ucap Galih sambil membisikkan
nya ke arah telinga Firda
“iya.. tapi sama saja” ucap Firda sambil membisikkan
ke arah telinga Galih
“apa maksudmu?”
“ya, kau tak pernah mengucapkan sesuatu yang
membuatku heran..” seperti itulah, mereka saling berbisik – bisik diantara
ratusan murid yang bertepuk tangan karena kejuaraan mereka.
Dan
sepulang kegiatan pramuka Galih menemui Firda di halaman tengah. Ini juga
karena nasehat German, dia tak ingin sahabatnya jatuh dalam lubang penyesalan
karena tak berani menyatakan cinta pada Firda.
“firda.....” sambil berlarian kecil menuju arah
Firda.
“tadi, kau bilang .. kalau ingin mendengarkan
sesuatu dariku yang akan membuatmu heran bukan? Apa ucapanmu tadi masih berlaku
untuk saat ini?”
“ehmm, iya” sambil tersenyum tipis.
“aku mencintaimu.,”
“apaa?” ucap Firda sangat senang dan heran.
“aku juga heran, tapi aku sangat takut kehilanganmu,
saat kau dimarahi kak Maria aku sangat ingin menolongmu bahkan rela
menggantikanmu ..!!” sambil tersenyum. Senyum itu sudah lama Firda inginkan
sebelumnya. Dari semua mimpi yang Firda dapatkan, dia sungguh ingin mimpi
berpasangan lagi dengan Galih menjadi kenyataan.
“jadi benar? Kau sering melihatiku?” ucap riang
Firda,
Dan Galih menganggukkan kepala
“bukankah kau juga demikian?” lalu mereka semua
tersenyum tipis.
Disitulah
mereka mulai mengenal kata cinta, ternyata cinta yang sejati adalah cinta yang
saling memperdulikan satu sama lain. Berjuang dan memperjuangkan apapun yang
terlihat mustahil. Kalau memang sudah takdir, sekuat apapun sihir manusia yang
memisahkan pasti akan sirna dengan kata takdir. Jika mereka ditakdirkan untuk
bersama mereka pasti akan bersama meski pada awalnya harus ada yang berkorban,
tapi itulah cinta
Dan cinta yang hadir secara kebetulan adalah sesuatu
yang sangat mengesankan. Seperti kiriman yang tak terduga dari sang pencipta,
kado terindah karena dapat mengagumi seseorang. Firda besyukur karena doa malam nya tak pernah
sia – sia, dan doa saat hujannya tak pernah luput karena sihir manusia
By :
Erina Elga Apriliani
Kelas : X Ipa
1
Genre :
inspiratif romance
Ending :
bersama, karena takdir
cerpen, kisah haru dibalik kisah cinta
waahhh...
sudah lama nih, saya nggak pernah nge posting kiriman. kali ini saya mau pos kan..!!
selamat membaca .. miss buat yang mau komentar! saran dan kritik nya membantu
sudah lama nih, saya nggak pernah nge posting kiriman. kali ini saya mau pos kan..!!
selamat membaca .. miss buat yang mau komentar! saran dan kritik nya membantu
Bingkai Kecil
Bingkai
kecil ini di mulai semenjak usia ku remaja, memang pada awalnya aku tak pernah
menyangka jika aku akan bertemu dengan nya dan menjalin cerita bersama. Namaku
Verly, gadis kecil yang pendiam dan sering dibuat bahan ocehan oleh teman –
temanku. Aku murid baru, kami angkatan di kelas X, tapi berbeda dengan mereka.
Aku hanyalah gadis yang cupu dan takut dengan dunia diluar rumahku.
“ini seperti sebuah kutukan,” ucapku dalam hati. Aku
juga tidak ingin terinjak seperti itu saja, aku juga manusia dan aku juga ingin
dihargai bukan hanya sebagai keset untuk mereka membersihkan kaki.
Waktu
itu, satu bulan aku sangat pendiam bahkan untuk berkenalan dengan teman sekelas
ku sekalipun. Kau tau? Semua seakan berubah ketika takdir mempertemukanku
dengan sosok pangeran, itulah sebutanku untuknya. Saat itu sekolah mengadakan
festival, dan salah satu guru menunjukku untuk mewakili kelas. Aku sangat
kaget, aku hanya gadis cupu dan pendiam, lalu apa aku bisa berlaga seperti
bintang di fashion show itu? Aku sangat bingung dengan pandangan guru itu. Dari
sekian banyak murid, guru itu justru memilihku.
“aku .. ehm,., e,.tidak bisa untuk .. fashion show”
ucapku begitu gugup.
“kau punya wajah yang tidak buruk,..!! dan aku sudah
punya pasangan untukmu di fashion show.. berlaga lah seolah kalian benar –
benar pasangan yang serasi” sambil menyerahkan beberapa foto model pakaian.
Tidak
begitu lama, guru itu memperkenalkanku dengan seorang cowok. Dia memang tampan,
kulitnya putih berseri , dan senyum simpulnya sungguh manis.
“di.. dia? Apa itu ? bagiku itu terlalu sempurna..
untuk bergandengan tangan denganku” ucap ku dalam hati.
Singkat cerita, 2 minggu sebelum acara fashion show
itu dia mengatakan tentang beberapa kelemahanku yang sepertinya membuat dia
benci denganku.
“maaf, tapi apa kau sedang sakit mata? Minus
mungkin?” sambil mendekat ke arah wajahku.
“e,.em., tidak..!! ini kacamata agar aku tak
kemasukan debu”sambil menundukkan kepala, aku sangat grogi jika dipandangi
seperti itu. Makhlum saja, karena sebelumnya tak pernah ada seseorang yang
memperdulikanku.
“hey., lihat aku..!!” sambil menarik tanganku,
disitu jari kami saling mengikat satu sama lain. Akupun perlahan memandang
wajahnya.
“kau ini tak perlu menjadi cupu dan pendiam.”
Singkat ucapannya.
“kenapa?” aku menjadi penasaran.
“karena kau, tak pantas seperti itu. Lihatlah,
sesungguhnya kau manis, kau cantik, lalu apa yang membuatmu takut dengan dunia?
Kau hanya perlu percaya diri..” ucapan itu begitu meyakinkan.
Tapi
aku hanya membalasnya dengan menggelengkan kepala, tidak..!! karena aku tidak
bisa percaya diri, entahlah aku tak tau persis penyebabnya.
“saat fashion show berlangsung, kau harus hangat
dalam gandenganku dan kau harus tersenyum disetiap perjalanan. Jangan takut
karena kau seperti berlian yang belum diasah.. kau tak perlu takut dengan
rempah – rempah seperti temanmu..”
Aku sedikit heran, bagaimana bisa dia tau jika teman
– temanku sering mengejekku?
“hey.. apa kau dengar perkataanku/?” dia mencoba
memecahkan lamunanku.
“hey., kau harus berjanji padaku, untuk tidak
menyendiri seperti ini.” Kamipun berjabat tangan. Aku mengenal namanya dari
baju sekolah, dia adalah Kafar.
Fashion
show berlangsung, dan seperti dugaanku sebelumnya. Aku tidak bisa berjalan di
atas sepatu ber high hill tinggi hingga akhirnya aku hampir terjatuh.
“hahhahahahahhaa..” ketawa geli temanku yang sedang
melihatku sangat membuatku kembali takut. Dan kali ini, Kafar menyelamatkanku.
Dia melindungiku dari berbagai tawaan itu.
“kenapa hatiku berdetak sekencang ini?” ucapku dalam
hati.
Bukankah
aku ini pendiam//. Aku tidak pernah merasakan cinta sebelumnya, tapi kali ini
entah kenapa aku mulai menyukainya. Satu bulan telah berlalu, satu buku diaryku
penuh dengan cerita ku dengan Kafar. Saat kami mulai berkenalan, aku tau dia
adalah lelaki humoris dan itulah yang membuatku nyaman sampai saat ini.
Kerap kali aku mencuri – curi waktu untuk dapat
melihatnya, sekolah sebesar ini sangat terasa sempit untukku. Apalagi ketika
melihatnya sedang bernyanyi dengan hadset di kedua telinganya.
Aku tersenyum, aku sangat lega dapat melihatnya tapi
aku tak pernah mengatakan jika aku mencintainya. Meski kini aku lebih sedikit
berani dan tidak begitu pendiam, tapi sama saja aku tak berani untuk menyapanya
seperti dulu.
Karena
bisa saja, Kafar sudah lupa denganku. Selama kami bersimpangan saat ke kantin,
kami hanya saling melihat tanpa saling menyapa, disitu tak ada satu pun simbol
bahwa dia masih mengenalku. Itulah alasan kenapa aku menyembunyikan perasaan
ini.
“kenapa ini? Kenapa aku mencintai sesuatu yang tak
dapat kumiliki?” hanya bertanya, bertanya kepada takdir yang hanya diam
membisu.
Satu
semester sudah terlewati, bahkan hari yang semakin jauhhhh saat kami mulai
berkenalan, dia menyapaku.. aku bahkan tak percaya itu.
“Verly..” sambil berlari kecil menuju arahku. Saat
itu aku akan menuju ke parkiran, disana sepi karena sudah banyak murid yang
pulang.
“kau? Kau tau namaku?”
“tentu saja..! bukankah kita pernah menjadi pasangan
saat fashion show? Bukankah cowok yang menyelamatkanmu saat kau terjatuh itu
aku? Apa kau lupa..?”kami berbicara sembari berjalan menuju motor masing –
masing.
“hmm, iya aku sangat mengingat itu..!! aku tak
pernah melupakan sesuatu yang menyenangkan.”
“what..? apa yang menyenangkan? Apa bersanding
denganku adalah sesuatu yang menyenangkan untukmu?”
Hanya
saja, aku tak mungkin menjawab IYA saat pertanyaan yang ingin sekali kudengar
sudah diucapkan.
“apa kau ini? Tidak.. bukan itu.,”
“lalu?”
“ aku senang, karena masa – masa itulah aku mulai
berubah, dan kini aku bukan gadis cupu karena motivasimu..!! hanya kau lelaki
pertama yang mengucapkan hal itu, yang membangunkan semangatku”
Aku melihat, wajahnya seperti tidak puas dengan
jawabanku. Setiap lampu merah yang kami lewati aku selalu memandangnya,
terlihat lesu dan tak bertenaga.
Saat itu aku memikirkan, apa aku harus mengatakan
jika aku mencintainya? Aku rasa dia mulai menaruh perhatian padaku.
“Kafar.. aku sangat mencintaimu, .. ohh bukan
seperti itu, aku cewek dan sangat aneh rasanya jika aku menembak cowok,, ya itu
terbalik..” ucapku dalam hati. Berbagai kata mulai ku rangkai untuk
mengutarakan satu kata yang disebut sebagai CINTA.
BROOOAAAKKKKK>>> JDAARRRR..!!
“hah..!!” aku begitu terkejut, dan meminggirkan
kendaraanku, lalu berhenti dan memandangi sesuatu.
“apa? Siapa itu? Dia kecelakaan..!!” ucap sorak para
warga sekitar.
Setelah
aku menganalis, seseorang yang ada di depanku adalah Kafar, aku takin dia pasti
yang menjadi korban kecelakaan itu. Aku langsung berlari menghampiri nya, orang
yang ku suka selama ini.
Dan kali ini aku sangat terlambat, Kafar sudah pergi
dari dunia. Dia meninggal, dan aku terlambat untuk mengatakan perasaanku.
Saat itu hatiku hancur, sesuatu telah hilang dalam
diriku, dan kosong seperti lautan lepas.
“bagaimana mungkin? Kenapa takdir mengembalikannya??”
aku hanya berontak. Aku mencoba meyakinkan diriku bahwa semua ini hanya mimpi,
mimpi yang sangat panjang.
Tapi tidakk.......!!! ini nyata, dan aku harus
menerima kenyataan yang ada.
Keluarganya
pun juga turut kehilangan, beberapa teman,dan juga diriku. Saat barang Kafar
ketinggalan di dalam tasku aku pun merasa penasaran dan membukanya di rumah.
Aku ingin memberikan barang itu setelah dia sadar
dari koma, tapi tidak jadi, karena dia sudah pergi.
“buku apa ini?” aku membolak balik sampul buku biru
tua itu, dengan air mata yang masih lebam. Saat aku membaca isi buku diary nya,
aku sungguh tak percaya
Dan semua berasa di luar kendali otakku. Dia juga
menyukaiku, dan diam – diam dia juga mencuri – curi waktu untuk dapat
melihatku. Disini aku tau, bukan hanya aku yang terluka tapi juga dia, dia juga
terluka.
Dan
cinta yang diberikan takdir telah berhasil membuat kami terpisah sejauh ini.
Aku sempat menyerag dan ingin pergi dari kenyataan. Tapi mau tidak mau aku
harus melewati kenyataan ini. Berjalan tanpa Kafar dan mengenangnya dalam buku
diaryku.
Satu penyesalan yang aku tidak tau, siapa yang salah
dalam cerita ini? Apakah aku yang terlalu pesimis dan menganggapnya tidak
menyukaiku, atau karena kami sama – sama diam di tempat? Kini apa yang bisa
kulakukan? Hari seolah berlalu, tapi setidaknya kami sempat bertatapan muka dan
berbicara sebentar.
Aku lega, karena di akhir perpisahan dia sempat
tersenyum dan dia meninggalkan buku diarynya. Yang berisi bahwa dia juga
mencintaiku di waktu yang sama.....
Aku mencoba mengikhlaskan segala sesuatu yang
terjadi, membuatnya sebagai inspirasi untuk ku kedepannya. Bukankah pada
akhirnya kehidupan hanyalah tentang merelakan segalanya. Ini memang sulit,
karena aku tak bisa melihatnya lagi , memegang tangannya dan hal lain lainnya.
Merelakan yang hampir kumiliki, tidak sampai pada
akhir kesempatan. Mungkin karena aku selalu membuang kesempatan yang diberikan
takdir. Seharusnya selagi ada waktu, aku harus menyempatkan mata dan mulut
untuk sekedar menyapa, setidaknya sebelum semua ini telah terjadi.
Dan
kini aku mungkin akan memulai cerita baru, bukankah cerita yang ku alami dengan
Kafar merupakan bingkai kecil dalam kehidupan kami? Meski tak dapat bersama,
setidaknya kami pernah tertawa bersama.
Kurasa memang beginilah kehidupan, seseorang datang
dan memberi cerita lalu menghasilkan harapan baru dan berakhir dengan
perpisahan. Entah berpisah karena tidak cocok atau berpisah karena kematian.
Cinta yang dewasa, aku Verly/......... tidak boleh
cengeng dan membiarkan segalanya berlalu. Mungkin ada sesuatu yang lebih indah
dari bingkai kecilku dengan Kafar.
Selagi
masih ada waktu,
Janganlah
kau membuang semuanya hanya karena kau takut mengungkapkannya
Cinta
sangat menyakitkan jika itu selalu dipendam
Setidaknya
dia tahu, bila kau mencintainya..... itulah
Hal
yang indah meski belum tau akhir dari semuanya. Yakin adalah kata yang paling
penting
Karena
seperti kata pepatah
Kesempatan
belum tentu datang untuk yang kedua kalinya/
Pernyataan
itu ada benarnya.
By :
Erina Elga Apriliani
Genre :
Inspiratif tentang percintaan
Ending :
mengharukan, belajar mengikhlaskan dan menghargai waktu
Langganan:
Postingan (Atom)